- F054952CEF20F0CD41E9111C0F7F3DC2

Gus Yahya: Peran NU Di Pemilu 2024,  Menjaga Masyarakat Tentram dan Harmonis.

  • Bagikan
Ketua PBNU KH. Yahya Cholil Staquf (Foto: Instagram @gusyahyastaquf)

Indo1.id – Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menegaskan bahwa NU tidak akan terlibat dalam urusan politik praktis menjelang Pemilu 2024.

Gus Yahya menyatakan bahwa NU bukan partai politik dan tidak akan memberikan dukungan kepada calon manapun.

Gus Yahya mengatakan hal ini usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jumat (9/6/2023).

Dia mengaku tidak membahas soal politik dengan Jokowi, melainkan soal forum agama dan budaya ASEAN.

Baca Juga :  Prabowo Bersemangat Pilih Cak Imin Jadi Cawapres, Prabowo Sempat Menari-nari

“Jawaban kami sama kami bukan partai politik kami tidak dalam posisi untuk mengajukan calon. Silahkan dipikir sendiri oleh parpol-parpol itu,” kata Gus Yahya kepada wartawan.

Gus Yahya juga mempersilahkan jika ada partai politik yang ingin mengusung kader NU sebagai calon presiden atau wakil presiden. Namun, dia menegaskan bahwa itu adalah hak parpol dan bukan urusan NU.

“Ya dukungannya dukungan apa? Wong NU ini bukan parpol, saya tuh bolak balik sampe teriak-teriak soal ini, NU bukan parpol, NU tidak dalam posisi untuk memberikan dukungan politik,” jelasnya.

Baca Juga :  KPU Buka Pendaftaran Calon Anggota Legislatif Untuk Pemilu 2024

Menurut Gus Yahya, peran NU dalam Pemilu 2024 adalah menjaga agar masyarakat tetap tentram, harmonis, dan tidak terpecah belah karena perbedaan pilihan politik. Dia mengingatkan bahwa Pemilu adalah prosedur untuk memilih pemimpin, bukan jihad fisabilillah atau perang badar.

“Satu-satunya yang akan dilakukan NU terkait ini adalah berusaha sekuat tenaga ikut menjaga supaya masyarakat tetap tentram, tetap harmonis, tidak terjadi antagonisme, tidak terjadi permusuhan antarkelompok gara-gara agenda politik semacam ini,” tutur Gus Yahya.

Baca Juga :  Kenapa Tsamara Amany Dukung Ganjar di Pilpres 2024? Sebab Pro Perempuan!

“Jadi ini cuma prosedur, ini bukan jihad fisabilillah, bukan perang badar, bukan soal hidup mati, ini cuma soal prosedur untuk menentukan pejabat pemerintah yang dalam hal ini adalah presiden dan juga legislatif juga, bersamaan nanti, saya kira itu juga,” ujar Gus Yahya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan