Travel Blog : Kisah Pendakian Gunung Lawu via Cetho, Jalur Sakral  dan Perjalanan Holistik!

  • Bagikan
Bulak Paperangan Gn. Lawu, Mitosnya Prabu Brawijaya dicegat pasukan Gerindrawardana lalu terjadi peperangan disini. (Foto: dok pribadi)

Berikut ini adalah beberapa pengalaman yang kami alami selama pendakian:

1. Ketika kami melewati Pos 2 Brak Seng, kami mendengar suara gemuruh yang berasal dari arah puncak gunung.

Kami sempat khawatir bahwa gunung itu akan meletus, tetapi ternyata itu adalah suara gong yang dipercaya sebagai tanda bahwa Gunung Lawu sedang mengadakan rapat.

2. Ketika kami sampai di Pos 3 Cemoro Dowo, kami melihat sebuah pohon besar yang memiliki lubang di batangnya.

Kami mendekati pohon itu dan melihat ada sebuah patung berbentuk manusia yang terbuat dari kayu di dalam lubang tersebut.

Baca Juga :  Travel Blog: Bercengkrama Bersama Sahabat di Alor, Surga Bawah Laut dan Budaya Nan Memukau!

Kami tidak tahu siapa yang membuat patung itu atau apa maksudnya, tetapi kami merasa ada aura mistis yang menyelimuti pohon itu.

3. Ketika kami sampai di Pos 4 Penggik, kami melihat sebuah batu besar yang memiliki tulisan “Larangan Makan Nasi” di atasnya.

Kami bertanya kepada salah satu pendaki yang sudah pernah ke sana, dan dia menjelaskan bahwa batu itu adalah batas antara dunia nyata dan dunia gaib.

Jika kita makan nasi di atas batu itu, maka kita akan mengganggu makhluk halus yang tinggal di sana.

Baca Juga :  Rekomendasi Hotel Murah dan Nyaman di Sumatra Utara

4. Ketika kami sampai di Pos 5 Bulak Peperangan, kami melihat sebuah lapangan luas yang dipenuhi oleh bunga edelweis.

Kami merasa seperti berada di surga karena pemandangan itu sangat indah dan menenangkan.

Kami juga mendengar bahwa lapangan itu adalah tempat dimana terjadi peperangan antara Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) dan VOC pada tahun 1746.

5. Ketika kami sampai di Pasar Dieng, kami melihat banyak tenda-tenda yang didirikan oleh para pendaki.

Kami juga melihat ada beberapa warung yang menjual makanan dan minuman hangat. Kami merasa seperti berada di pasar tradisional yang ramai dan hangat.

Baca Juga :  Menelusuri Keindahan Alam dan Kekayaan Budaya Tanah Toraja yang Mempesona

Kami juga mendengar bahwa Pasar Dieng adalah tempat dimana para pendaki dapat bertemu dengan leluhur mereka atau makhluk halus lainnya jika mereka beruntung.
6. Ketika kami sampai di Hargo Dalem, kami melihat sebuah tugu peringatan yang bertuliskan “Hargo Dalem Puncak Gunung Lawu”.

Kami juga melihat ada sebuah peti mati kayu yang diletakkan di dekat tugu tersebut.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan