– Kobalt telah digunakan sejak zaman kuno untuk memberikan warna biru pada kaca, glasir, dan keramik.
Patung Mesir kuno yang ditemukan di reruntuhan Pompeii pada tahun 79 Masehi ternyata mengandung kobalt.
Dalam industri modern, kobalt digunakan untuk membuat baterai lithium, magnet permanen, paduan baja tahan karat, pigmen cat, dan katalis.
– RD Kongo memiliki cadangan kobalt terbesar di dunia, yaitu sekitar 3,4 juta ton atau 49% dari total cadangan global.
Sebagian besar kobalt di RD Kongo terdapat di Provinsi Katanga, yang juga kaya akan tembaga.
Pada tahun 2021, RD Kongo memproduksi sekitar 95 ribu ton kobalt atau 72% dari produksi global.
– Industri pertambangan kobalt di RD Kongo didominasi oleh perusahaan-perusahaan asing, terutama dari China.
Namun, ada juga penambang-penambang lokal yang bekerja secara ilegal atau artisanal.
Mereka menggali kobalt dengan alat seadanya dan menjualnya kepada pedagang-pedagang gelap.
– Penambangan kobalt di RD Kongo sering dikaitkan dengan pelanggaran hak asasi manusia, seperti kerja paksa, eksploitasi anak-anak, pencemaran lingkungan, dan konflik bersenjata.
Menurut Amnesty International, sekitar 40 ribu anak-anak terlibat dalam penambangan kobalt di RD Kongo pada tahun 2016.