“Dari tulisan dan pemikiran Gus Dur, lah saya mengetahuinya. Bahwa di dalamnya ada unsur hifzul mal (menjaga harta), hifzul nafs (menjaga jiwa), hifzul din (menjaga agama), hifzul aql (menjaga akal), dan hifzul nasl (menjaga keturunan),” kata Ketua Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) itu.
“Semua unsur itu seperti diungkapkan Gus Dur yang menjadi dasar ulama-ulama NU, termasuk Kiai Abdul Wahid Hasyim untuk kemudian memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sebab, semua hal tersebut mustahil terwujud di bawah penjajahan,” lanjut dia.
Ganjar mengatakan bahwa ia merasa bersyukur bisa bertemu dengan Nyai Sinta dan Yenny Wahid.
Ia mengatakan bahwa ia mendapat banyak masukan dan doa dari mereka. Ia juga berharap bisa menyambung sanad perjuangan Gus Dur dan Abdul Wahid Hasyim untuk kemajuan bangsa dan negara.
“Saya merasa bersyukur bisa bertemu dengan Nyai Sinta dan Mbak Yenny. Mereka memberikan banyak masukan dan doa kepada saya. Saya berharap bisa menyambung sanad perjuangan Gus Dur dan Kiai Abdul Wahid Hasyim untuk kemajuan bangsa dan negara,” kata Ganjar.