Jimbo mengaku bahwa ia berhasil masuk ke dalam sistem KPU dengan menggunakan akun admin yang ia temukan di situs tersebut.
Jimbo mengatakan bahwa ia melakukan aksi peretasan ini sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Indonesia, yang menurutnya tidak transparan dan korup.
Jimbo juga mengatakan bahwa ia ingin membuktikan bahwa situs KPU tidak aman dan mudah diretas.
Menanggapi klaim Jimbo, KPU mengaku bahwa mereka masih melakukan investigasi untuk memastikan kebenaran klaim tersebut.
KPU juga mengatakan bahwa mereka telah menghubungi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk membantu menangani kasus ini.
KPU menegaskan bahwa data DPT yang ada di situs mereka adalah data sementara, yang masih akan terus diperbarui hingga tahun 2024.
KPU juga mengatakan bahwa data DPT yang ada di situs mereka tidak bersifat rahasia, karena dapat diakses oleh publik.
Sementara itu, BSSN dan Kominfo juga mengatakan bahwa mereka sedang melakukan penelusuran terhadap identitas dan lokasi Jimbo.
BSSN dan Kominfo juga mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan klaim Jimbo, dan tidak menyebarkan data yang diduga berasal dari situs KPU.
Hingga saat ini, identitas Jimbo masih menjadi misteri. Tidak ada yang tahu siapa Jimbo sebenarnya, dari mana ia berasal, dan apa motifnya.
Jimbo hanya menggunakan nama samaran, dan tidak pernah menunjukkan wajah atau identitas lainnya.