Indo1.id – Toko Merah, sebuah gedung tua yang menjadi ikon Kota Tua Jakarta, menyimpan sejarah yang kaya akan mitos dan tragedi.
Dibangun pada tahun 1730 oleh Gustaaf Willem baron van Imhoff, gedung ini memadukan arsitektur kental budaya Tionghoa dengan dominasi warna merah orientalnya.
Nama “Toko Merah” diberikan pada abad ke-19 saat bangunan ini jatuh ke tangan Oey Liauw Kong, seorang pejabat Tionghoa.
Beberapa berpendapat bahwa nama tersebut terinspirasi dari warna merah yang mendominasi bangunan itu sendiri.
Namun, ada juga versi yang menghubungkan nama Toko Merah dengan tragedi Geger Pecinan pada tahun 1740.
Peristiwa ini, yang disebut juga sebagai Tragedi Angke, adalah pembantaian mengerikan terhadap warga Tionghoa oleh prajurit VOC atas perintah Gubernur Jenderal Adrian Valckenier.
Selama 13 hari, sekitar 24 ribu orang Tionghoa tewas, dan Kali Besar konon menjadi merah oleh darah para korban.
Toko Merah menjadi saksi bisu pembantaian tersebut, termasuk penyiksaan dan pemerkosaan gadis Tionghoa oleh VOC.
Meskipun tragedi ini menyedihkan, Kompleks Kota Tua, dengan Toko Merah-nya yang unik, tetap menarik banyak pengunjung.
Selain arsitekturnya yang memukau, gedung ini juga dikenal karena cerita-cerita mistis yang mengitarinya.