Indo1.id – Keris Condong Campur, juga dikenal dengan sebutan Kanjeng Kyai Condong Campur, adalah salah satu keris pusaka yang mendapat banyak perhatian dalam legenda dan folklor Kerajaan Majapahit.
Keris ini memiliki ciri khas dan filosofi yang unik, serta mengandung makna mendalam. Mari kita telusuri lebih lanjut mengenai mitos dan keistimewaan keris yang menarik ini:
1. Keunikan Bentuk dan Filosofi
Keris Condong Campur memiliki bentuk dapur keris lurus dengan panjang bilah sedang.
Dilengkapi dengan kembang kacang, satu lambe gajah, dan satu sogokan di depan.
Ukuran panjangnya mencapai ujung bilah tanpa adanya sogokan belakang. Keris ini juga menggunakan gusen dan lis-lis-an.
Nama “Condong Campur” memiliki makna filosofis yang luar biasa : “Condong” merujuk pada miring atau mengarah ke suatu titik, menggambarkan keberpihakan atau keinginan. “Campur” berarti penyatuan atau perpaduan.
Keris Condong Campur melambangkan keinginan untuk menyatukan perbedaan dan mencapai kesatuan dalam keberagaman.
2. Sejarah dan Filosofi Kerajaan Majapahit
Keris Condong Campur memiliki kaitan dengan sejarah dan filosofi Kerajaan Majapahit.
Pada masa kejayaannya, terjadi perbedaan yang signifikan di antara masyarakat, termasuk perbedaan agama, budaya, dan kasta.
Golongan pertama terdiri dari pemilik modal, pedagang, dan pejabat, sementara golongan kedua adalah masyarakat bawah yang merasa terpinggirkan.
Dalam dunia keris, golongan pertama diibaratkan dengan keris Sabuk Inten, yang menggambarkan kemewahan dan kekayaan pemilik modal.
Keris Sengkelat melambangkan perasaan kesal dan kecewa golongan kedua atas kondisi yang mereka alami.
3. Upaya Persatuan yang Tertunda
Keris Condong Campur menjadi simbol upaya untuk menyatukan golongan-golongan yang berbeda.
Namun, upaya pembauran yang sebenarnya terjadi hanya pada permukaan saja, karena para pemilik modal tidak berkeinginan untuk terlibat dalam persatuan ini, khawatir akan mengganggu kepentingan mereka.
Filosofi ini merefleksikan keadaan masyarakat pada masa itu dan bagaimana beragamnya pandangan dan kepentingan menyulitkan tercapainya persatuan yang sesungguhnya.