Ahli Ungkap Penyebab Buruh Tak Jadi Kekuatan Politik Besar di Indonesia

  • Bagikan
π΄β„Žπ‘™π‘– π‘ˆπ‘›π‘”π‘˜π‘Žπ‘ π‘ƒπ‘’π‘›π‘¦π‘’π‘π‘Žπ‘ π΅π‘’π‘Ÿπ‘’β„Ž π‘‡π‘Žπ‘˜ π½π‘Žπ‘‘π‘– πΎπ‘’π‘˜π‘’π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π‘ƒπ‘œπ‘™π‘–π‘‘π‘–π‘˜ π΅π‘’π‘ π‘Žπ‘Ÿ 𝑑𝑖 πΌπ‘›π‘‘π‘œπ‘›π‘’π‘ π‘–π‘Ž (πΌπ‘™π‘’π‘ π‘‘π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘– π΅π‘’π‘Ÿπ‘’β„Ž, πΉπ‘œπ‘‘π‘œ π‘£π‘–π‘£π‘Ž.π‘π‘œ.𝑖𝑑)

Indo1.id – Menurut Ujang Komarudin, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, buruh tidak mampu menjadi kekuatan politik besar di Indonesia meskipun mereka merupakan kelas pekerja terbesar di negara ini.

Ujang menjelaskan bahwa meskipun buruh memiliki jumlah yang besar, mereka tidak dihitung sebagai kekuatan politik karena sudah terafiliasi dengan banyak partai politik.

Ujang mengatakan bahwa kekuatan buruh saat ini sudah terpecah dan terbagi-bagi ke berbagai partai politik, sehingga suara buruh tidak lagi bulat.

Bahkan pada tahun 1998 saat Partai Buruh pertama kali didirikan, partai tersebut kalah dalam tiga kali pemilihan umum dan bahkan tidak lolos parlemen.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan