Indo1. Id – Sebenarnya, keanekaragaman hayati adalah sumber daya yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Dengan menggali dan mengembangkan keanekaragaman hayati yang ada di sekitar, maka pundi-pundi uang akan datang dengan sendirinya.
Bukankah sejarah kita juga dipenuhi dengan perebutan sumber daya alam yang di antaranya keanekaragaman hayati dalam wujud rempah-rempah?
Kini jaman telah berubah, kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan rempah-rempah. Tapi limpahan keanekaragaman hayati yang banyak, kita bisa mengembangkan jenis-jenis lainnya yang secara kultural dimanfaatkan dan sudah dipasarkan di pasar global.
Lembaga riset memiliki data mengenai jenis-jenis yang tidak saja potensial tetapi juga sudah terbukti laku di pasar global. Salah satunya adalah minyak dari kayu masoiy; masoi; atsiri.
Ternyata, masyarakat sudah lama memanfaatkan minyak masoi untuk berbagai kebutuhan hidupnya. Batang pohon dan kulit batang adalah bagian yang paling umum dimanfaatkan.
Kulit batang, bagian yang menghasilkan minyak atsiri dimanfaatkan sebagai bumbu untuk penyedap makanan.
Orang-orang Jawa sudah lama mengenal dan memanfaatkan masoi untuk penyedap makanan, kemenyan atau pengharum ruangan (aromaterapi), dan untuk obat-obatan.
Orang Jawa biasanya memanfaatkan minyak masoi sebagai obat murus, kejang perut pada wanita hamil, dan minyak oles yang dapat menghangatkan badan.
Di belahan dunia lain, orang Jerman memanfaatkan minyak masoi sebagai campuran minuman keras dan juga pewangi pada sabun.
Sedangkan masyarakat Eropa lainnya memanfaatkan minyak masoi untuk campuran pada makanan dalam rangka mendapatkan aroma makanan supaya menyerupai kelapa.
Masyarakat Amerika memanfaatkan masoi sebagai perasa pada es krim. Karakter batang yang lunak dan memiliki ulir yang bagus adalah sisi lain dari potensi pohon tersebut.
Berbagai masyarakat memanfaatkan batang yang sudah dikupas kulitnya sebagai bahan membuat kerajinan salah satunya sebagai patung.