Apabila dikontestasikan, ujarnya, tiga tokoh yang paling akseptabel tersebut, yaitu Prabowo, Anies, dan Ganjar, memiliki peluang yang sama-sama prospektifnya.
“Dengan angka saling mengejar, faktor cawapres nantinya akan signifikan untuk meningkatkan elektabilitas,” papar dia.
Posisi Bakal Cawapres
Untuk posisi Cawapres ada beberapa nama-nama tenar, baik asli Indonesia Timur maupun nama-nama dari Jakarta.
Di antaranya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, Mendagri Tito Karnavian, dan Mantan Menteri Pertanian, Amran Sulaiman. Amran Sulaiman muncul sebagai tokoh lokal yang paling sering disebut oleh responden.
Agung menjelaskan, konstalasi ini harus diwaspadai, sebab pasangan capres cawapres bisa saling mendukung atau malah sebaliknya, saling menegasikan.
Misalnya Prabowo dipasangkan AHY, itu membuat perolehan suara jadi turun karena mereka memiliki captive yang sama.
“Bila keliru memilih Cawapres, elektabilitas bisa jeblok,” katanya.
Selanjutnya, Agung menilai orang Indonesia Timur agaknya belum meunculkan figur lokal untuk calon presiden sehingga nama-bama capres relatif sudah baku dan sulit digoyang.
Dengan konstalasi seperti itu Capres berada dalam persimpangan, apakah memilih pendamping yang berbasis partai atau kedaerahan.
“Calon wakil presiden yang memiliki pengaruh kedaerahan
memiliki sebaran kurang merata,
namun biasanya memiliki pendukung yang solid dan militan,” tambah agung Agung.
Adapun cakupan Survei ini adalah empat kepulauan besar di Indonesia, selain Jawa, Sumatra, dan Nusa Tenggara.
Survei Index Indonesia ini dilakukan selama bulan Agustus dengan 1.000 responden berusia di atas 17 tahun yang dipilih secara random.
Dengan margin of error 3,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.(ta/J1*/L6)