Di sisi lain, kata Dedi, PDIP sebagai salah satu partai pendukung pemerintah sudah mengumumkan bakal calon presiden Ganjar Pranowo. Alhasil, hal tersebut bisa menandakan potensi reshuffle bagi NasDem.
Partai besutan Surya Paloh tersebut tidak diundang dalam pertemuan yang digelar Jokowi tersebut.
“Membaca situasi di mana PDIP telah deklarasi kan Ganjar, dan Prabowo juga telah deklarasi sebagai Capres, maka potensi pertemuan itu untuk menandai resuffle kabinet, utamanya menentukan nasib Nasdem,” tandasnya.
Dedi mengatakan peluang NasDem untuk disingkirkan dari kabinet pemerintahan Jokowi menjadi cukup santer. Hal itu mulai mencuat setelah NasDem resmi mengusung Anies Baswedan menjadi bacapres.
“Karena Nasdem telah mengambil sikap usung Anies yang sampai detik ini terlihat tidak disukai Jokowi, bahkan cenderung ada upaya menggagalkan pengusungan Anies. Meskipun Resuffle memang miliki momentum, di mana Menkominfo sedang dibidik masalah rasuah,” pungkasnya.