Beliau sangat dermawan dan membantu banyak orang tanpa pamrih. Mbah Mundzakir juga aktif berjuang melawan penjajah Belanda dan Jepang.
Mbah Mundzakir meninggal dunia pada tahun 1950 dalam usia 81 tahun. Makam beliau berada di Dukuh Tambaksari, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, yang dulunya merupakan sebuah perkampungan yang kini hilang karena abrasi air laut.
Yang menarik dari makam Mbah Mundzakir adalah tidak pernah tenggelam meskipun dikelilingi oleh air laut yang pasang surut.
Makam beliau seakan-akan mengapung di tengah laut dan tetap kokoh meskipun sering terkena banjir rob.
Hal ini diyakini sebagai salah satu karomah dari Mbah Mundzakir yang disebabkan oleh keluhuran budi dan keikhlasan beliau dalam beribadah dan berbuat baik kepada sesama.
Banyak orang yang datang berziarah ke makam beliau untuk memohon doa dan berkah.