Indo1.id – Sudan adalah salah satu negara di Afrika yang memiliki sejarah konflik internal yang panjang dan kompleks.
Konflik ini melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah, kelompok pemberontak, milisi, etnis, agama, dan kepentingan asing.
Konflik ini juga menyebabkan krisis kemanusiaan, pemisahan negara, dan ketidakstabilan politik.
Berikut ini adalah sejarah, penyebab, dan dampak konflik Sudan:
Konflik Sudan dapat ditelusuri kembali hingga tahun 1956, ketika Sudan merdeka dari penjajahan Inggris dan Mesir.
Saat itu, Sudan terbagi menjadi dua wilayah utama, yaitu Sudan Utara yang didominasi oleh etnis Arab dan beragama Islam, dan Sudan Selatan yang didominasi oleh etnis Afrika dan beragama Kristen atau animisme.
Sudan Utara mendapatkan kekuasaan politik dan ekonomi yang lebih besar daripada Sudan Selatan.
Hal ini menimbulkan ketidakpuasan dan diskriminasi di kalangan penduduk Sudan Selatan.
Pada tahun 1955, sebelum kemerdekaan resmi Sudan, terjadi pemberontakan bersenjata di Sudan Selatan yang menuntut otonomi atau kemerdekaan.
Pemberontakan ini memicu perang saudara pertama antara pemerintah Sudan Utara dan gerakan pemberontak Sudan Selatan yang disebut Anya-Nya.
Perang saudara ini berlangsung hingga tahun 1972, ketika ditandatanganinya Perjanjian Addis Ababa yang memberikan otonomi kepada Sudan Selatan.
Namun, perjanjian ini tidak bertahan lama. Pada tahun 1983, Presiden Jaafar Nimeiri mengumumkan penerapan hukum Islam atau syariah di seluruh Sudan.