Menyedihkan, Kekerasan yang Menargetkan  Etnis Tertentu, Semakin Memburuk di Darfur, Sudan!

  • Bagikan
Penderitaan warga Darfur, Sudan. (Foto: al Jazeera)

Banyak warga sipil yang melarikan diri dari kekerasan ini ke negara tetangga Chad.

Beberapa dari mereka melaporkan melihat mayat-mayat di sepanjang jalan.

Menurut PBB, sekitar 217.000 orang telah mengungsi ke Chad sejak konflik di Sudan meletus pada April 2023.

Konflik di Sudan bermula ketika dua jenderal bersaing memperebutkan kekuasaan setelah kudeta militer yang menggulingkan Perdana Menteri Abdalla Hamdok pada 25 Oktober 2023.

Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengklaim sebagai pemimpin negara sementara dengan dukungan RSF yang dipimpin oleh Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo alias Hemeti.

Baca Juga :  Donald Trump Resmi Dilantik Sebagai Presiden Amerika Serikat untuk Kedua Kalinya

Namun, Jenderal Abdelaziz al-Hilu, pemimpin gerakan pemberontak Sudan People’s Liberation Movement-North (SPLM-N), menolak kudeta tersebut dan mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin negara alternatif dengan dukungan Sudanese Armed Forces (SAF) yang dipimpin oleh Jenderal Abdelrahim Hamdan.

Kedua kubu militer ini kemudian terlibat dalam pertempuran sengit di berbagai wilayah Sudan, termasuk Darfur.

Di sana, RSF dan milisi Arab bersekutu dengan kubu al-Burhan, sementara SAF dan kelompok etnis non-Arab bersekutu dengan kubu al-Hilu.

Baca Juga :  Usai Serangan Mendadak Hamas, Israel Umumkan Keadaan Perang

Konflik ini mengancam proses transisi demokrasi yang sedang berlangsung di Sudan sejak penggulingan diktator Omar al-Bashir pada 2019.

Al-Bashir sendiri telah dituntut oleh ICC atas tuduhan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang yang terkait dengan perang Darfur pada 2003-2008.

HRW mendesak ICC untuk menyelidiki kejahatan perang yang terjadi di Darfur dan menuntut pertanggungjawaban para pelakunya, termasuk para pemimpin RSF dan milisi Arab.

Baca Juga :  Waduh, Pemeritah Kota New York Larang TikTok Karena Takut Sedot Data Penting Warga!

HRW juga mendesak mitra internasional dan regional Sudan untuk memberlakukan sanksi terhadap para pelaku kekerasan dan mendukung upaya perdamaian dan perlindungan warga sipil di Sudan.

“Sejak konflik di Sudan meletus pada April, beberapa kekejaman terburuk terjadi di Darfur Barat,” kata Jean-Baptiste Gallopin, peneliti senior krisis dan konflik di HRW.

“Kisah-kisah para korban selamat dari serangan-serangan terbaru di Darfur Barat mengingatkan pada kengerian, kehancuran, dan putus asa Darfur 20 tahun lalu,” katanya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan