Banyak pejuang BMT yang berhasil mengalahkan musuh dengan menggunakan bambu runcing yang diberi jimat atau mantra oleh Kyai Subkhi.
Salah satu contohnya adalah saat pertempuran di Ambarawa pada November 1945.
Saat itu, BMT berhasil mengusir pasukan Inggris dan NICA dengan bantuan pasukan Siliwangi.
Kyai Subkhi tidak hanya memberikan jimat atau mantra pada bambu runcing, tetapi juga pada diri para pejuangnya.
Beliau memberikan semangat juang yang tinggi kepada para pejuang dengan cara memberikan ceramah atau nasehat yang menyentuh hati.
Beliau juga memberikan doa atau restu kepada para pejuang sebelum mereka berangkat ke medan perang.
Kyai Subkhi juga menjadi salah satu pendiri dan pengurus Persatuan Central Nahdlatul Ulama (PCNU) Temanggung pada tahun 1946.
Beliau menjadi salah satu tokoh NU yang berperan aktif dalam menggalang dukungan rakyat untuk mendukung pemerintah Republik Indonesia.
Kyai Subkhi wafat pada tanggal 6 April 1959, saat usianya mencapai 100 tahun.
Beliau dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di Parakan.
Beliau meninggalkan warisan berupa ilmu, amal, dan jasa yang tak terlupakan bagi bangsa Indonesia.