Ada juga yang mengatakan bahwa ia menghilang ke hutan pantai Sancang dan menjelma menjadi pohon kayu kaboa sancang.
Namun, versi cerita rakyat ini tidak dapat dibuktikan secara ilmiah atau sejarah. Tidak ada sumber tertulis yang menyebutkan bahwa Prabu Siliwangi menghilang ke hutan pantai Sancang atau menjelma menjadi pohon kayu kaboa sancang.
Justru sebaliknya, ada sumber tertulis yang menyebutkan bahwa Prabu Siliwangi wafat pada tahun 1521 dan dimakamkan di Astana Gede Kawali Ciamis.
Makam ini masih dapat dilihat hingga sekarang dan menjadi tempat ziarah bagi masyarakat Sunda.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa anggapan bahwa kayu kaboa sancang adalah jelmaan dari Prabu Siliwangi adalah tidak benar atau hanya mitos belaka.
Hal ini mungkin timbul karena kekaguman dan kecintaan masyarakat Sunda terhadap sosok Prabu Siliwangi yang dianggap sebagai simbol kejayaan dan kebanggaan bangsa Sunda.
Selain itu, mungkin juga karena adanya kemiripan antara nama Siliwangi dan Sancang, serta antara bentuk pohon kayu kaboa sancang dengan tongkat kerajaan Prabu Siliwangi.
Meskipun demikian, hal ini tidak mengurangi nilai dan khasiat dari pohon kayu kaboa sancang itu sendiri.
Pohon ini tetap memiliki manfaat yang luar biasa bagi kesehatan dan kegaiban, seperti meredakan peradangan, nyeri, jerawat, diare, kerusakan sel, dan lain-lain.
Pohon ini juga memiliki energi gaib yang dapat menjaga dan melindungi pemiliknya dari berbagai gangguan lahir dan batin.
Oleh karena itu, pohon kayu kaboa sancang adalah salah satu warisan alam yang harus kita lestarikan dan manfaatkan dengan baik.