Indo1.id – Muhammad dan Syaima adalah saudara sepersusuan yang memiliki hubungan dekat saat kecil.
Mereka berdua diasuh oleh Halimah as-Sa’diyah, seorang wanita dari suku Bani Sa’ad yang menjadi ibu susu Muhammad.
Syaima adalah anak tertua Halimah yang sering bermain dan menjaga Muhammad. Mereka berbagi kasih sayang dan kenangan manis selama lima tahun.
Namun, setelah Muhammad kembali ke ibu kandungnya, Aminah, mereka berpisah dan tidak pernah bertemu lagi.
Syaima tetap tinggal di kampung Bani Sa’ad, sementara Muhammad tumbuh menjadi nabi dan rasul Allah yang membawa risalah Islam.
Mereka hidup dalam dunia yang berbeda, hingga suatu ketika takdir mempertemukan mereka kembali dalam sebuah peristiwa yang mengharukan.
Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-8 Hijriah, ketika pasukan Muslim menghadapi kaum Hawazin dan Tsaqif dalam perang Hunain.
Dalam perang itu, pasukan Muslim berhasil mengalahkan musuh dan mengambil harta benda dan tawanan mereka.
Di antara tawanan itu, ada Syaima, saudara sepersusuan Muhammad, yang ikut ditawan karena ia termasuk keluarga Bujad dari Bani Sa’ad, salah satu pemimpin kaum Hawazin.
Syaima diperlakukan dengan kasar oleh pasukan Muslim yang tidak tahu siapa dirinya.
Ia merintih kesakitan dan mencoba memberitahu bahwa ia adalah saudara sepersusuan Muhammad.
Namun, tidak ada yang percaya padanya. Ia pun dibawa untuk menghadap Muhammad bersama tawanan lainnya.