“Siapa yang kasih napas buatan lo akan mati juga, atau pasti dia pingsan. Percaya deh,” katanya.
Dalam hal ini Djaja juga mengungkap, bahwa adanya keanehan terhadap pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh ayah Mirna Salihin, Edi Darmawan terkait dirinya yang pernah memberikan napas buatan kepada Mirna Salihin.
“Enggak mungkin, karena dari sini (lambung) kalau dari (letal dosis sianida) 150 mg berkurang dia kasih napas buatan itu sambil ditekan-tekan (timbulkan efek). Kalau 10 mg lebih dari 15 0mg lah masuk. Itu yang aneh-anehnya,” tandasnya lagi.
Di sisi lain, Djaja juga mengungkap bahwa akan ganjil jika sianida berisi 250 mg dibawa Jessica dalam bentuk cairan di botol.
“Di mana-mana orang yang siandia itu kalau kita bawa 250 mg itu kecil, tidak akan dibawa dalam bentuk cairan di botol, ngapain?” tandasnya lagi.
Djaja juga kembali mengingatkan tentang film Mission Impossible dimana jika salah satu orang yang meninggal dunia akibat bahan kimia.
Maka keluarganya akan mendapat santunan dan bantuan dari kelompok mereka.
Pernyataan yang dilontarkan oleh Edi Darmawan ini pun lantas mendapatkan banyak respons miring dari warganet.
“Kalau dikasih napas buatan apa enggak kena juga mulutnya. Gimana sih aku jadi bingung,” komentar salah seorang warganet.
“Ayah Mirna argumentasinya nggak masuk di akal,” sahut netter lainnya.
“Sandiwaramu benar-benar keren,” tegas warganet lain.
Tak hanya warganet, ahli forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Djaja Surya Atmadja juga menyinggung soal tindakan pemberian napas buatan kepada korban keracunan sianida.
Dokter Djaja menjelaskan bahwa tindakan tersebut tidak disarankan untuk dilakukan.
Pasalnya orang yang memberikan napas buatan tersebut bisa saja ikut tak sadarkan diri.