indo1.id- Kuliner khas Lamongan satu ini bisa kita jumpai di trotoar sepanjang Jalan Jendral Sudirman. Mulai dari Lamongan Plaza hingga Stadion Surajaya Lamongan. Cukup mudah di temui karena berada tepat di jalur Pantura.
Para pedagang di jalan Jendral Sudirman ini menjajakan dagangannya mulai sore hingga malam hari. Nasi ini juga biasa dijajakan secara lesehan di sekitar kawasan pasar-pasar kota di Kabupaten Lamongan.
Nasi Boranan, diambil dari wadah nasi yang disebut Boranan, semacam keranjang yang terbuat dari bambu berbentuk lingkaran di bagian atas dan persegi di bagian bawah dengan keempat penyangga di setiap sudutnya.
Dengan bentuk yang hampir sama, masyarakat sekitar Kota Lamongan juga menggunakan keranjang jenis ini untuk berbagai keperluan, seperti untuk mengangkut dan menyimpan berbagai komoditas hasil pertanian serta di beberapa tempat ditemukan juga sebagai alat pemindah air dari satu petak sawah ke petak kolam lainnya.
Makanan di sajikan menggunakan alas piring ataupun mangkuk, berbeda dengan Nasi Boranan. Disajikan menggunakan kertas makanan yang dilapisi koran dan dibentuk kerucut atau dalam bahasa jawa di “pincuk” sebagai tempat makanan tersebut, cukup sederhana.
Nasi Boranan terdiri dari nasi, bumbu, lauk, rempeyek (semacam gimbal), sayuran yang dicampur dengan parutan kelapa dan pletuk (nasi yang dikeringkan atau kacang).
Bumbu dari nasi boranan terdiri dari rempah-rempah yang sudah di haluskan, serta lauk yang ditawarkan oleh penjual bervariasi, diantaranya daging ayam, jeroan, telur dadar, telur asin, tahu, tempe, aneka ikan panggang, ikan Bandeng, ikan Kutuk, dan ikan Sili.