“Belum lagi adanya teknologi keuangan pada Gopay. Bukan hanya data pribadi yang berpotensi dicuri oleh penjahat siber, tapi juga bisa uang customernya kalau pengamanannya tidak benar-benar kuat,”ujar pria kelahiran Cepu Jawa Tengah ini.
Pratama memaparkan, ini jelas harus menjadi perhatian serius, karena keduanya adalah aplikasi terbesar di tanah air saat ini. Bergabungnya kedua aplikasi ini diharapkan tidak membuat resiko keamanan data masyarakat menjadi bertambah besar.
“Timing Gojek dan Tokopedia merger mungkin saja mengejar sebelum UU PDP disahkan, jadi belum ada aturan teknis macam-macam terkait pengamanan data pribadi. Namun bila nanti UU PDP sudah jadi, mereka tetap harus melakukan penyesuaian,” papar dia.
Ditambahkan olehnya pengamanan data harus menjadi fokus Tokopedia dan Gojek bila nanti aplikasi dan sistem benar-benar menyatu dalam satu satu wadah.
Bergabungnya dua aplikasi anak bangsa ini akan melahirkan pembacaan data baru yang sangat tinggi nilai ekonominya juga sangat singnifikan bagi ketahanan-keamanan nasional
“Bagaimana tidak, keduanya akan menguasai jalur distribusi manusia, barang dan makanan. Tentu negara juga harus melihat ini sebagai peluang besar sekaligus ancaman dari sudut pandang pengamanan data dan juga keamanan nasional,” jelas dia.
Pratama menuturkan, sebaiknya pengamanan data harus mendapatkan prioritas oleh pengelola dan juga oleh negara.
Berbeda dengan data kependudukan yang cenderung statis dan tidak menghasilkan data baru, data dari GoJek dan Tokopedia ini dinamis karena ada data jual beli dan kebutuhan masyarakat secara nasional, yang pasti data tersebut tidak dimiliki oleh lembaga negara manapun.(J1**)