Indo1.id – Kobalt adalah salah satu bahan baku yang sangat penting dalam industri modern, terutama untuk pembuatan baterai lithium yang digunakan di ponsel, laptop, dan mobil listrik.
Kobalt juga memiliki warna biru yang indah dan digunakan untuk membuat kaca, keramik, dan cat.
Namun, tahukah Anda bahwa kobalt juga menjadi sumber kekayaan bagi sebagian orang di Republik Demokratik Kongo (RD Kongo)?
Negara di Afrika Tengah ini merupakan produsen kobalt terbesar di dunia, dengan menyumbang sekitar 72% dari stok global pada tahun 2021.
Dari hasil tambang kobalt inilah, muncul segelintir orang kaya atau crazy rich yang hidup mentereng di tengah kemiskinan dan konflik yang melanda RD Kongo.
Mereka biasa berpakaian branded, berkendara dengan mobil mewah, dan menggelar pesta pora di klub-klub elit.
Siapa saja mereka dan bagaimana mereka bisa menjadi crazy rich? Berikut ini adalah fakta-fakta menarik tentang kobalt dan crazy rich Kongo:
– Kobalt (Co) adalah unsur kimia dengan nomor atom 27. Ia berbentuk logam berwarna abu-abu perak yang keras dan berkilau.
Kobalt tidak ditemukan dalam bentuk bebas, melainkan dalam bentuk bijih yang bercampur dengan elemen lain seperti nikel, tembaga, atau besi.
– Kobalt tersebar luas di bumi, tetapi hanya membentuk 0,001% dari kerak bumi. Ia juga ditemukan di meteorit, matahari, dan bintang.
Kobalt memiliki sifat feromagnetik, yaitu mudah ditarik oleh magnet. Ia juga larut dalam asam mineral encer.
– Kobalt telah digunakan sejak zaman kuno untuk memberikan warna biru pada kaca, glasir, dan keramik.
Patung Mesir kuno yang ditemukan di reruntuhan Pompeii pada tahun 79 Masehi ternyata mengandung kobalt.
Dalam industri modern, kobalt digunakan untuk membuat baterai lithium, magnet permanen, paduan baja tahan karat, pigmen cat, dan katalis.
– RD Kongo memiliki cadangan kobalt terbesar di dunia, yaitu sekitar 3,4 juta ton atau 49% dari total cadangan global.
Sebagian besar kobalt di RD Kongo terdapat di Provinsi Katanga, yang juga kaya akan tembaga.
Pada tahun 2021, RD Kongo memproduksi sekitar 95 ribu ton kobalt atau 72% dari produksi global.