Pameran Yos Suprapto Dibredel, Ancaman Serius bagi Kebebasan Ekspresi di Negara Demokrasi

  • Bagikan
Lukisan karya Yos Suprapto. Pameran tunggal karya Yos Suprapto batal digelar di Galedi Nasional, Kamis (19/12/2024) malam. ) Foto: Dok/YOS SUPRAPTO

Namun, apa yang terjadi saat kebebasan tersebut dibatasi? Jawabannya adalah potensi munculnya rasa takut di kalangan seniman dan intelektual, serta kecenderungan otoritarianisme yang berbahaya bagi keberlanjutan demokrasi.

Kembali ke Masa Orde Baru?

Pembredelan karya seni menciptakan kekhawatiran tentang apakah Indonesia sedang bergerak mundur ke era di mana kritik dianggap ancaman.

Orde Baru dikenal dengan pembatasan ketat terhadap segala bentuk kritik kepada pemerintah. Media dibungkam, pameran seni dilarang, dan suara-suara oposisi dipadamkan.

Di era Reformasi, rakyat berharap kebebasan berekspresi akan menjadi pilar demokrasi.

Namun, insiden seperti pembredelan pameran ini menunjukkan masih adanya resistensi terhadap kritik yang tajam. Demokrasi bukan hanya soal pemilu dan kebebasan memilih pemimpin, tetapi juga soal ruang untuk mengkritik dan berdiskusi tanpa rasa takut.

Baca Juga :  Lima Tahun Kepemimpinan Erick Thohir, Alat Berat PLN UIT JBB Tampil Prima pada Peringatan HUT Pertambangan dan Energi ke-79

Apa yang Harus Dilakukan?

Jika Indonesia ingin mempertahankan statusnya sebagai negara demokratis, maka perlu ada komitmen kuat dari semua pihak, termasuk pemerintah, untuk menjamin kebebasan berekspresi.

Penegakan hukum yang adil, pemahaman bahwa seni adalah bentuk ekspresi, serta dialog terbuka antara seniman dan pemerintah menjadi sangat penting.

  • Bagikan