Lezatnya Perasan Rumput Lambung Sapi, Khas Karo, Pernah Coba?

  • Bagikan
๐˜›๐˜ณ๐˜ช๐˜ต๐˜ฆ๐˜ด ๐˜’๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜Œ๐˜ฌ๐˜ด๐˜ต๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฎ ๐˜’๐˜ฉ๐˜ข๐˜ด ๐˜š๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข ๐˜œ๐˜ต๐˜ข๐˜ณ๐˜ข.

Tidak heran bila trites disebut-sebut sebagai makanan para raja. Masyarakat biasa baru memiliki kesempatan mencicipi trites saat-saat tertentu, misalnya ketika pesta kerja tahun (selesai musim tanam) berlangsung.

Saat itu berbagai kuliner tradisi Karo dihidangkan. Termasuk cimpa, kue manis khas Suku Karo yang sudah sangat familiar. Saat ini, karena trites sudah semakin jarang dimasak, banyak generasi muda Karo yang sama sekali belum pernah mengonsumsi trites.

Baca Juga :  Menyambut Tahun Baru dengan 5 Menu Sajian yang Lezat dan Praktis

Resi Tarigan, salah seorang dosen muda di universitas Medan Area (UMA), yang mengaku belum tentu sekali dalam setahun lidahnya bisa mencicipi trites.

“Paling kalau tahun baru, itu pun kalau keluarga besar kumpul. Kalau tidak terpaksa harus menunggu pesta kerja tahun berlangsung,” katanya.

Debagai salah satu warisan leluhur Karo, trites atau pagit-pagit ini layak untuk dipopulerkan dan dilestarikan. Siapa yang tahu pada masa depan, kuliner satu ini bakal mengikuti jejak Dayok Nibinatur yang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda.

Baca Juga :  Jajanan Jadul Khas Semarang Bubur Serabi Keliling.

Karena makanan ini tidak hanya diburu oleh orang Karo, namun juga komunitas suku Jawa dan Batak. Mereka mengaku sangat suka dengan kuliner yang satu ini.

 

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan